Bukan sebulan atau dua bulan gaji mereka belum dibayar, tapi beberapa klub ada yang menunggak upah para pemain bahkan sampai lima bulan. Tak peduli bermain di kompetisi mana, Indonesian Super League (ISL) atau Indonesia Premier League (IPL), sebagian klub kedua kompetisi itu masih punya utang yang wajib dibayar ke pemain.
Lucu memang, seolah hanya pemain yang wajib menghormati kontrak, tapi manajemen klub tidak wajib mematuhi klausul kontrak. Bahkan ada klub yang melarang pemainnya membela Timnas, padahal mereka sendiri nunggak membayar gaji sang pemain.
Memutuskan menjadi pesepakbola di Indonesia tampaknya masih jadi pilihan yang tak menjanjikan. Banyak pesepakbola Indonesia yang hanya hidup dari janji-janji manis pengelola klub.
Padahal, bila saja pesepakbola di Indonesia kompak dan bersatu, lockout bisa jadi solusi untuk menyelesaikan masalah yang membelit pesepakbola Indonesia. Sayang, mayoritas pesepakbola Indonesia kurang beruntung dalam hal materi, akhirnya mereka bergantung ke klub.
Pesepakbola, sama halnya seperti saya, seorang buruh. Sementara para pengusaha bisa jadi mau enaknya saja. Mereka ingin dapatkan nama dan keuntungan dengan abaikan hak buruh/pesepakbola.
Pesepakbola Indonesia sayangnya tidak kompak, beda dengan pebasket-pebasket NBA, yang melakukan lock out di awal NBA musim lalu. Mereka satu komando dan satu tujuan.
Awal musim lalu, helatan kompetisi La Liga dan Serie A juga terpaksa mundur karena para pemain mogok menuntut pelunasan gaji. Pesepakbola Indonesia harus tegas, karena mereka punya kekuatan menghentikan kegilaan ini.
Masalah tunggakan gaji pesepakbola Indonesia juga sangat bisa dibawa ke Kementerian Tenaga Kerja. Ini adalah masalah hak buruh yang dirampas oleh pengusaha, dalam hal ini klub, PT LI dan PT LPIS.
Jika bersatu, pesepakbola Indonesia punya kekuatan untuk menyudahi situasi yang selama ini membuat mereka dirugikan. Maka, bersatulah pesepakbola Indonesia!!!
{ 0 comments... read them below or add one }
Post a Comment